Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memperlihatkan kita semuanya lempahan rahma, nikmat dan juga anugerahNya sehingga kita semua yang ada disini masih diberikan kesempatan untuk berkumpul bersama. Tak lupa juga shalawat serta salam juga merilah senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memperlihatkan petunjuknya sehingga kita semua sanggup mencicipi dan berjalan di jalan kebenaran yaitu Islam.
Hadirin yang saya banggakan dan semoga dimuliakan oleh Allah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dikepunyaani oleh setiap insan yang lahir kedunia hingga nantinya ia kembali terkubur di liang lahat. Sehingga memang saking pentingnya kebutuhan ini menciptakan banyak orang akibatnya berusaha dengan semaksimal mungkin untuk sanggup memenuhinya. Pendidikan memang diperlukan bisa membawa sebuah bentuk perubahan khsusunya pada problem abjad sikap yang tentunya semakin berkualitas yang tentunya tetap harus berjalan pada agama, norma dan budbahasa istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Namun nampaknya semakin lama-semakin usang wajah pendidikan di Indonesia semakin jauh dari wujud suatu pendidikan yang ideal. Karena terlalu mengejar mutu, masyarakat kita seolah lupa perihal makna pendidikan yang sebenarnya, sehingga pada akibatnya muncul makna gres dalam dunia pendidikan yaitu nilai.
Hadirin yang saya banggakan dan semoga dimuliakan oleh Allah.
Tentunya jikalau kita memfokuskan dengan teliti dan sedikit lebih jeli, masyarakat kita memandang bahwa seseorang meraih keberhasilan dalam mengenyam dunia pendidikan hanya dilihat dari segi prestasi nilai saja. Nilai yang manis dianggap bisa mendongkrak popularitas dan juga gengsi yang lebih tinggi alasannya ialah akan dicap sebagai seseorang yang cerdas. Melihat hal tersebut, akibatnya banyak yang kemudian berlomba-lomba dengan segala metode semoga mendapat nilai yang tinggi, meski dilakukan dengan metode yang curang. Proses apa yang telah dilalui demi mendapat nilai tinggi dan hasil apa yang nantinya akan didapat dari proses tersebut tidak lagi diperhitungkan, asalkan nilai yang didapat akan bernilai tinggi. Dan yang lebih parah lagi, anggapan ini tidak hanya dikalangan penerima didik dan orang renta saja namun juga telah mendarah daging pada orang-orang yang membuatkan ilmu itu sendiri yaitu guru dan jajarannya. Tentunya ini akan sangat miris sekali. Sehingga tidak di izinkan heran jikalau kemudian kini ini banyak anak yang malas belajar, malas membaca dan tidak lagi kreatif. Karena semetode tidak eksklusif hal tersebut merupakan dampak dari pergeseran makna pendidikan itu sendiri.
Hadirin yang saya banggakan dan semoga dimuliakan oleh Allah.
Marilah mulai sekarang, kita mulai membenahi niat kita dalam berpendidikan, sehingga hal tersebut akan memperlihatkan abjad yang baik untuk pola generasi mendatang.
Kiranya hanya demikian saja yang sanggup saya sampaikan.
Akhirul Kalam.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Advertisement